Dampak Penggunaan Pestisida di Sektor Pertanian Terhadap Kesehatan dan Kesehatan Reproduksi
undefined
undefined
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Dampak
Penggunaan Pestisida di Sektor Pertanian Terhadap Kesehatan dan Kesehatan Reproduksi”
Makalah ini disusun berdasarkan
tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Kesehatan Masyarakat. Makalah ini
disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi semua kalangan dan terutama bagi
penulis itu sendiri.
Ucapan terima kasih juga tak lupa
kami haturkan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini, antara lain :
1. Tuhan
Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya kita dapat menyelesaikan karya tulis
ini dengan lancar dan tanpa gangguan.
2. Dosen
mata kuliah Kesehatan Masyarakat, yang telah membimbing kami dalam menyusun
makalah ini.
3. Keluarga
yang senantiasa mendukung kami.
4. Teman-teman
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah.
5. Semua
pihak yang telah terlibat yang tak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Kami
menyadari makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh sebab demikian
kami mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar
kedepannya kami lebih baik lagi dalam menyusun sebuah makalah.
Hormat
kami,
Penyusun
Daftar Isi
Kata
Pengantar........................................................................... i
Daftar
Isi..................................................................................... ii
BAB
IPendahuluan
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5
1.3 Tujuan............................................................................................ 5
BAB
IIPembahasan
2.1Pengertian
Pestisida.............................................................................. 6
2.2Peranan Pestisida
Terhadap Sektor Pertanian...................................... 6
2.3Pengertian
kesehatan reproduksi.......................................................... 7
2.4Dampak
pestisida terhadap kesehatan manusia................................... 8
2.5Dampak
Pestisida Terhadap Kesehatan reproduksi............................. 12
2.6Cara Pencegahan Penggunaan
Pestisida Terhadap
Kesehatan Manusia.............................................................................. 14
BAB
IIIPenutup
3.1
Kesimpulan.......................................................................................... 15
3.2
Saran...................................................................................................
15
Daftar Rujukan.......................................................................... iii
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Menurut HAKLI
(Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia),
Masalah
kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya
dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia, permasalahan
dalam kesehatan lingkungan antara lain : pencemaran udara, pencemaran air,
pencemaran tanah, pencemaran suara, dan lain-lain.
Indonesia adalah salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang sebagian
penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Untuk meningkatkan hasil
pertanian yang ingin dicapai maka diperlukan berbagai sarana yang mendukung
agar dapat mencapai hasil yang memuaskan dan terutama dalam hal mencukupi
kebutuhan nasional dalam bidang pangan / sandang dan meningkatkan perekonomian
nasional dengan mengekspor hasilnya ke luar negeri. Sarana-sarana yang
mendukung peningkatan hasil di bidang pertanian tersebut adalah alat-alat
pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang termasuk di dalamnya adalah pestisida.
Dalam bidang pertanian pestisida
merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Penggunaannya yang sesuai
aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang harus dilakukan
mengingat bahwa pestisida adalah bahan yang beracun. Penggunaan bahan-bahan
kimia pertanian seperti pestisida tersebut dapat membahayakan kehidupan manusia
dan hewan dimana residu pestisida terakumulasi pada produk-produk pertanian dan
perairan. Untuk meningkatkan produksi pertanian disamping juga menjaga
keseimbangan lingkungan agar tidak terjadi pencemaran akibat penggunaan
pestisida perlu diketahui peranan dan pengaruh serta penggunaan yang aman dari
pestisida dan adanya alternatif lain yang dapat menggantikan peranan pestisida
pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan hama, penyakit dan gulma.
Penyemprotan pestisida yang tidak
memenuhi aturan akan mengakibatkan banyak dampak, diantaranya dampak kesehatan
bagi manusia yaitu timbulnya keracunan pada petani dan yang lebih berbahaya
lagi adalah terjadinya gangguan pada sistem reproduksi wanita . Hal-hal
tersebutlah yang masih banyak diabaikan oleh para petani Indonesia terutama
didaerah pedesaan. Mereka tidak memperhatikan dampak yang dapat ditimbulkan
dari pekerjaan yang mereka lakukan setiap harinya dengan berbagai alasan
klasik. Oleh karena itu, kami membahas tentang Penyakit yang dapat ditimbulkan
dari pekerjaan khususnya sebagai petani agar dapat menambah pengetahuan dan
kesadaran tentang berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan dari pekerjaannya
sehingga dapat membantu mencegah dan meminimalisir masalah baik penyakit maupun
keracunan akibat pestisida pada petani tersebut.
1.2
Rumusan masalah
1.Apa
pengertian pestisida ?
2.Bagaimana
peranan pestisida terhadap sektor pertanian?
3.Apa
pengertian kesehatan reproduksi ?
4.Bagaimana
dampak pestisida terhadap kesehatan petani?
5.Bagaimana
dampak pestisida terhadap kesehatan reproduksi ?
6.Bagaimana
cara pencegahan penggunaan pestisida terhadap petani?
1.3
Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian
pestisida.
2.Untuk mengetahui
peranan pestisida terhadap sektor pertanian
3.Untuk mengetahui
pengertian reproduksi
4.Untuk
mengetahui tentang bahaya penyakit yang ditimbulkan dari pestisida pada petani.
5.Untuk mengetahui
dampak pestisida terhadap kesehatan reproduksi .
6.Untuk
mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan dari dampak pestisida terhadap kesehatan petani.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pestisida
Pembasmi
hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak,
memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal
dari pest (“hama“)
yang diberi akhiran -cide(“pembasmi”). Sasarannya bermacam-macam,
seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan,
atau mikrobia yang
dianggap mengganggu.Dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut
sebagai “racun”.
Pestisida
adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah
sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya
seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain
yang dianggap merugikan.
Pestisida
adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari penggunaannya untuk
mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya. Pestisida tidak saja membawa
dampak yang positif terhadap peningkatan produk pertanian, tapi juga membawa
dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya, (Diana, 2000).
Pestisida
juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau
menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep
Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk
memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan
hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang
kendali.
2.2
peranan pestisida terhadap sektor pertanian
Pestisida
tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang
pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk
pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah
tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang
pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian
rayap atau gangguan serangga yang lain.
Pada
umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut
adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia.
Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana akan menimbulkan efek
samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada
umumnya.Berdasarkan ketahanannya di lingkungan. Dalam bidang pertanian
pestisida merupakan sarana untuk membunuh jasad pengganggu tanaman. Pestisida
juaga berperan sebagai salah satu komponen pengendalian, yang mana harus
sejalan dengan komponen pengendalian hayati, efisien untuk mengendalikan hama
tertentu, mudah terurai dan aman bagi lingkungan sekitarnya. Penerapan usaha
intensifikasi pertanian yang menerapkan berbagai teknologi, seperti penggunaan
pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan, pola tanam serta usaha pembukaan
lahan baru akan membawa perubahan pada ekosistem yang sering kali diikuti
dengan timbulnya masalah serangan jasad penganggu. Cara lain untuk mengatasi
jasad penganggu selain menggunakan pestisida kadang-kadang memerlukan waktu,
biaya dan tenaga yang besar dan hanya dapat dilakukan pada kondisi tertentu.
Sampai saat ini hanya pestisida yang mampu melawan jasad penganggu dan berperan
besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil (Sudarmo, 1991).
2.3
Pengertian Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi
menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya atau suatu keadaan
dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan
fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
Pengertian
lain kesehatan reproduksi dalam Konferensi International Kependudukan dan
Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran &
sistem reproduksi.
2.4 Dampak
Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia
Pada
umumnya pestisida, terutama pestisida sintesis adalah biosida yang tidak saja
bersifat racun terhadap jasad pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat
racun terhadap manusia dan jasad bukan target termasuk tanaman, ternak
dan organisme berguna lainnya.Apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi
dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan
dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya. Pestisida
meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga
saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.
Kecelakaan
akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang yang
langsung melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami pusing-pusing
ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata
berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang,
pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian. Kejadian tersebut
umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja dan
kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah racun.Kadang-kadang para petani atau
pekerja perkebunan, kurang menyadari daya racun pestisida, sehingga dalam
melakukan penyimpanan dan penggunaannya tidak memperhatikan segi-segi
keselamatan. Pestisida sering ditempatkan sembarangan, dan saat menyemprot
sering tidak menggunakan pelindung, misalnya tanpa kaos tangan dari plastik,
tanpa baju lengan panjang, dan tidak mengenakan masker penutup mulut dan
hidung. Juga cara penyemprotannya sering tidak memperhatikan arah angin,
sehingga cairan semprot mengenai tubuhnya. Bahkan kadang-kadang wadah tempat
pestisida digunakan sebagai tempat minum, atau dibuang di sembarang tempat.
Kecerobohan yang lain, penggunaan dosis aplikasi sering tidak
sesuai anjuran. Dosis dan konsentrasi yang dipakai kadang-kadang ditingkatkan
hingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan dosis yang rendah tidak
mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman.
Secara
tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui
mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun
tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang
mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita keracunan
kronis, ketahuan setelah selang waktu yang lama, setelah berbulan atau
bertahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena
efek racun dapat bersifat karsiogenic (pembentukan jaringan kanker
pada tubuh), mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan
datang), danteratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan).
Pestisida
dalam bentuk gas merupakan pestisida yang paling berbahaya bagi pernafasan,
sedangkan yang berbentuk cairan sangat berbahaya bagi kulit, karena dapat
masuk ke dalam jaringan tubuh melalui ruang pori kulit. Menurut
World Health Organization (WHO), paling tidak 20.000 orang per tahun, mati
akibat keracunan pestisida. Diperkirakan 5.000 – 10.000 orang per tahun
mengalami dampak yang sangat fatal, seperti mengalami penyakit kanker, cacat
tubuh, kemandulan dan penyakit liver. Tragedi Bhopal di India pada bulan
Desember 1984 merupakan peringatan keras untuk produksi pestisida sintesis.
Saat itu, bahan kimia metil isosianat telah bocor dari pabrik Union
Carbide yang memproduksi pestisida sintesis (Sevin). Tragedi itu menewaskan
lebih dari 2.000 orang dan mengakibatkan lebih dari 50.000 orang dirawat akibat
keracunan. Kejadian ini merupakan musibah terburuk dalam sejarah produksi
pestisida sintesis.
Selain
keracunan langsung, dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi kesehatan
orang awam yang bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak berhubungan
dengan pestisida. Kemungkinan ini bisa terjadi akibat sisa racun (residu)
pestisida yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang
dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi produk
tersebut, tanpa sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan makanan
yang dikonsumsi setiap hari. Apabila jenis pestisida mempunyai residu
terlalu tinggi pada tanaman, maka akan membahayakan manusia atau ternak yang
mengkonsumsi tanaman tersebut. Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi
konsumen.
Pestisida
sebagai bahan beracun, termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan
dan kesehatan manusia. Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar
melalui angin, melalui aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme yang
dikenainya. Residu pestisida sintesis sangat sulit terurai secara alami. Bahkan
untuk beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan tahun.
Dari beberapa hasil monitoring residu yang dilaksanakan, diketahui bahwa
saat ini residu pestisida hampir ditemukan di setiap tempat lingkungan sekitar
kita. Kondisi ini secara tidak langsung dapat menyebabkan pengaruh negatif
terhadap organisma bukan sasaran. Oleh karena sifatnya yang beracun serta
relatif persisten di lingkungan, maka residu yang ditinggalkan pada lingkungan
menjadi masalah.
Residu
pestisida telah diketemukan di dalam tanah, ada di air minum, air sungai, air
sumur, maupun di udara. Dan yang paling berbahaya racun pestisida kemungkinan
terdapat di dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari, seperti sayuran dan
buah-buahan.Aplikasi pestisida dari udara jauh memperbesar resiko pencemaran,
dengan adanya hembusan angin. Pencemaran pestisida di udara tidak terhindarkan
pada setiap aplikasi pestisida. Sebab hamparan yang disemprot sangat luas.
Sudah pasti, sebagian besar pestisida yang disemprotkan akan terbawa oleh
hembusan angin ke tempat lain yang bukan target aplikasi, dan mencemari tanah,
air dan biota bukan sasaran.
Bahan
kimia dari kandungan pestisida dapat meracuni sel-sel tubuh atau mempengaruhi
organ tertentu yang mungkin berkaitan dengan sifat bahan kimia atau berhubungan
dengan tempat bahan kimia memasuki tubuh atau disebut juga organ sasaran. Efek
racun bahan kimia atas organ-organ tertentu dan sistem tubuh:
1.Paru-paru
dan sistem pernafasan
Efek
jangka panjang terutama disebabkan iritasi (menyebabkan bronkhitis atau
pneumonitis). Pada kejadian luka bakar, bahan kimia dalam paru-paru yang dapat
menyebabkan udema pulmoner (paru-paru berisi air), dan dapat berakibat fatal.
Sebagian bahan kimia dapat mensensitisasi atau menimbulkan reaksi alergik dalam
saluran nafas yang selanjutnya dapat menimbulkan bunyi sewaktu menarik nafas,
dan nafas pendek. Kondisi jangka panjang (kronis) akan terjadi penimbunan debu
bahan kimia pada jaringan paru-paru sehingga akan terjadi fibrosis atau pneumokoniosis.
2.Hati
Bahan
kimia yang dapat mempengaruhi hati disebut hipotoksik. Kebanyakan bahan kimia
menggalami metabolisme dalam hati dan olehkarenanya maka banyak bahan kimia
yang berpotensi merusak sel-sel hati. Efek bahan kimia jangka pendek
terhadap hati dapat menyebabkan inflamasi sel-sel (hepatitis kimia), nekrosis
(kematian sel), dan penyakit kuning. Sedangkan efek jangka panjang berupa
sirosis hati dari kankerhati.
3.Ginjal
dan saluran kencing
Bahan
kimia yang dapat merusak ginjal disebut nefrotoksin. Efek bahan kimia terhadap
ginjal meliputi gagal ginjal sekonyong-konyong (gagal ginjal akut), gagal
ginjal kronik dan kanker ginjal atau kanker kandung kemih.
4.Sistem
syaraf
Bahan
kimia yang dapat menyerang syaraf disebut neurotoksin. Pemaparan terhadap
bahan kimia tertentu dapat memperlambat fungsi otak. Gejala-gejala yang
diperoleh adalah mengantuk dari hilangnyakewaspadaan yang akhirnya
diikuti oleh hilangnya kesadaran
karena
bahan kimia tersebut menekan sistem syaraf pusat. Bahan kimia yang dapat
meracuni sistem enzim yang menuju ke syaraf adalah pestisida. Akibat dari efek
toksik pestisida ini dapat menimbulkan kejang otot dan paralisis (lurnpuh). Di
samping itu ada bahan kimia lain yang dapat secaraperlahan meracuni syaraf yang
tangan dan kaki serta mengakibatkan mati rasa dan kelelahan.
5.Darah
dan sumsum tulang
Sejumlah
bahan kimia seperti arsin, benzen dapat merusak sel-seld arah merah yang
menyebabkan anemia hemolitik. Bahan kimia lain dapat merusak sumsum tulang dan
organ lain tempat pembuatan sel-sel darah atau dapat menimbulkan kanker
darah.Jantung dan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler).Sejumlah pelarut
seperti trikloroetilena dan gas yang dapat menyebabkan gangguan fatal terhadap
ritme jantung. Bahan kimia lain seperti karbon disulfida dapat menyebabkan
peningkatan penyakit pembuluh darah yang dapat menimbulkan serangan jantung.
6.Kulit
Banyak
bahan kimia bersifat iritan yang dapat menyebabkan dermatitis atau dapat
menyebabkan sensitisasi kulit dan alergi. Bahan kimia lain dapat menimbulkan
jerawat, hilangnya pigmen (vitiligo), mengakibatkan kepekaan terhadap sinar
matahari atau kanker kulit.
7.Sistem
yang lain
Bahan
kimia dapat pula menyerang sistem kekebalan, tulang, otot dan kelenjar tertentu
seperti kelenjar tiroid. Petani yang terpapar pestisida akan mengakibatkan
peningkatan fungsi hati sebagai salah satu tanda toksisitas, terjadinya
kelainan hematologik,meningkatkan kadar SGOT dan SGPT dalam darah juga dapat
meningkatkan kadar ureum dalam darah.
2.5
Dampak Pestisida Terhadap Kesehatan Reproduksi
Penggunaan
pestisida sangat berdampak terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Setiap
hari ribuan petani dan para pekerja di pertanian diracuni oleh pestisida dan
setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat dipertanian menderita
keracunan akibat penggunaan pestisida. Dalam beberapa kasus keracunan pestisida
langsung, petani dan para pekerja di pertanian lainnya terpapar (kontaminasi)
pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan pestisida (Pan AP,2001). Di
samping itu masyarakat sekitar lokasi pertanian sangat beresiko terpapar
pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut tercemar, bahkan konsumen
melalui produk pertanian yang menggunakan pertisida juga beresiko
terkontaminasi
pestisida. Pestisida bisa dikatakan sebagai pencetus timbulnya kanker, tingkat
kesuburan menurun dan gangguan dari terhadap sistem kekebalan tubuh. Kebijakan
pertanian yang berorientasi pada eksport, membuat semakin gencarnya dibuka
lahan-lahan perkebunan baik oleh pihak pemerintah maupun swasta yang sangat
tergantung dengan penggunaan pestisida, buruh perkebunan dan masyarakat tinggal
di sekitar juga beresiko tinggi terpapar oleh pestisida. Pemilik perkebunan dan
perusahaan pestisida hanya memikirkan sudah berapa banyak laba dan keuntungan yang
diperoleh, tetapi tidak memikirkan dampak buruk terhadap kesehatan dan
kehancuran lingkungan ketika pestisida disemprotkan.
Peran
Perempuan di Pertanian yang begitu besar membuat perempuan juga dominan dan
paling beresiko terhadap dampak pestisida. Berdasarkan data yang dikeluarkan
oleh Badan Pangan Dunia di perserikatan bangsa-Bangsa (FAO), jumlah perempuan
yang terlibat di sektor pertanian meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah tenaga
kerja perempuan dalam sektor pertanian mengalami peningkatan hampir empat kali
lipat dari tahun 1960 sebanyak 7,43 juta menjadi 20,82 juta orang pada tahun
2000 (Data FAO,2000). Meskipun FAO belum pernah mengeluarkan data jumlah petani
terutama petani perempuan yang terkena dampak pestisida, namun ada beberapa
studi terhadap kasus – kasus yang berkaitan dnegan dampak pestisida tersebut.
Di beberapa Negara Asia ditegaskan bahwa perempuan adalah pekerja
utama di pertanian dan perkebunan, yang berhubungan langsung dengan penggunaan
pestisida dalam pekerjaannya sehari-hari. Seperti di Malaysia, perempuan
terlibat di hampir 80 persen dari 50,000 dari pekerjaan umum dan terpaksa
menjadi pekerja di perkebunan, dengan sebanyak 30,000 orang yang aktif sebagai
penyemprot pestisida di sektor perkebunan sendiri. Para pekerja di Malaysia
sangat beresiko terpapar pestisida karena hampir sehari-hari menggunakan
pestisida seperti Paraquat, Methamidophos dan Monocrotophos. Akibatnya, petani
perempuan dan perempuan buruh perkebunan banyak yang menderita penyakit dan
mengalami gangguan kesehatan yang kronis dan akut. Seperti kuku jari tangan
yang membusuk, gatal-gatal, perut mual dan nyeri, sakit punggung, pusing, nafas
sesak, mata kabur/rabun, mudah marah, sakit kepala, sesak di dada, bengkak,
nyeri otot, rasa gatal kulit dan infeksi kulit , bahkan timbulnya kanker.
Di
India, pestisida menjadi penyebab utama yang telah membinasakan Hidup penduduk
desa Kasargod, Kerala. Di temukan bahwa selama dua setengah dekade, pestisida
jenis endosulfan telah disemprotkan dilahan perkebunan kacang-kacangan, pohon
dan buah jambu monyet di beberapa desa daerah Kasargod yang dilakukan oleh
perusahan perkebunan di Kerala. Akibatnya penduduk desa di sekitar perkebunan
menderita berbagai macam penyakit dan menderita gangguan kesehatan akibat
terpapar pestisida endosulfan. Pada umumnya adalah gangguan terhadap sistem
reproduksi perempuan, seperti kanker rahim dan kanker payudara. Ditemukan fakta
anak-anak yang dilahirkan mengalami cacat fisik, keterlambatan mental, serta
kekebalan tubuh rendah. Selain gangguan terhadap kesehatan, tidak kurang
kerusakan yang terjadi pada lingkungan yang berhasil dicatat adalah ditemukan
ikan, lebah madu, kodok, dan ternak unggas ayam yang mati.Sebuah penelitian
lain di India memperkirakan bahwa lebih dari 1000 orang pekerja di perkebunan
ini telah terpapar pestisida dalam kurun waktu antara agustus hingga desember
2001 dan lebih dari 500 orang berakibat kematian, ternyata lebih dari setengah
dari pekerja tersebut adalah perempuan. Penggunaan pestisida besar-besaran di
perkebunan produksi kapas di Warangal wilayah Andhra Pradesh, mengakibatkan
masyarakat di daerah tersebut pelan-pelan telah terpapar oleh pestisida. Mereka
mengeluh mengalami gangguan mual, gangguan usus, sakit dada, sulit bernafas,
infeksi kulit, ganguan penglihatan dan ganguan hormonal. Menurut suatu survei
yang terbaru, bekas pekerja IRRI mengalami gangguan serius seperti timbul bisul
yang abdominal, broncitis, rapu tulang, radang paru-paru, kencing manis,
kelumpuhan, gangguan jantung, radang hati, hipertensi, kegagalan ginjal,
Parkinsons, asma dan kanker.
Di Indonesia sendiri, menurut data
pertanian tahun 2000 menyatakan 50,28% dari total jumlah tenaga kerja di sector
pertanian atau sebesar 49,60 juta adalah perempuan, kenyataannya masih sedikit
penelitian terhadap tingkat pencemaran yang ditimbulkan oleh pestisida baik itu
pada proses pertanian maupun pada produk makanan. Sehingga hanya beberapa kasus
keracunan pestisida maupun gangguan yang dialami yang disebabkan dampak
pestisida yang terungkap.
Beberapa
dari kasus gangguan terpapar pestisida yang ditemukan ternyata sebagian besar
penderitanya adalah petani perempuan. Kasus keguguran kehamilan yang dialami
oleh salah seorang petani dari Sumatera Barat akibat penggunaan pestisida
Dursban yang dicampur dengan Atracol (Terompet No.5,1993), menunjukkan fakta
bahwa pestisida sangat berbahaya bagi perempuan terutama bagi kesehatan
reproduksinya. Pestisida dapat meracuni embrio bayi dalam kandungan yang sama
berbahaya seperti meracuni ibunya, bahkan yang belih buruk lagi kerusakan dapat
terjadi sebelum masa kehamilan. Perempuan yang terkena pestisida masa awal
kehamilan dapat mengakibatkan cacat pada bayi.
2.6
Cara Pencegahan Penggunaan Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia
Pengetahuan
tentang pestisida yang disertai dengan praktek penyemprotan akan dapat
menghindari petani/penyemprot dari keracunan.Ada beberapa cara untuk menghindari
atau mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh penggunaan
pestisida antara lain:
1.Pembelian
pestisida
Dalam
pembelian pestisida hendaknya selalu dalam kemasan yang asli, masih utuh dan
ada label petunjuknya.Perlakuan sisa kemasan, Bekas kemasan sebaiknya dikubur
atau dibakar yang jauh dari sumber mata air untuk mengindai pencemaran ke badan
air dan juga jangan sekali-kali bekas kemasan pestisida untuk tempat makanan
dan minuman.
2.Penyimpanan
Setelah
menggunakan pestisida apabila berlebih hendaknya di simpan yang aman seperti
jauh dari jangkauan anak-anak, tidak bercampur dengan bahan makanan dan
sediakan tempat khusus yang terkunci dan terhindar dari sinar matahari
langsung.
3.Penatalaksanaan
penyemprotan
Pada
pelaksanaan penyemprotan ini banyak menyebabkan keracunan dan penyakit lainnya oleh
sebab itu petani di wajibkan memakai alat pelindung diri yang lengkap setiap
melakukan penyemprotan, tidak melawan arah angin atau tidak melakukan
penyemprotan sewaktu angin kencang, hindari kebiasaan makan-minum serta merokok
di waktu sedang menyemprot, setiap selesai menyemprot dianjurkan untuk mandi
pakai sabun dan berganti pakaian serta pemakain alat semprot yang baik akan menghindari
terjadinya penyakit.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pembasmi
hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak,
memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal
dari pest (“hama“)
yang diberi akhiran -cide(“pembasmi”). Sasarannya bermacam-macam,
seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan,
ataumikrobia yang
dianggap mengganggu. Dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai
“racun”. Pestisida sangat dibutuhkan dalam sektor pertanian dan perkebunan
untuk mengurangi hama, akan tetapi dalam penggunaan yang berlebih akan
mengakibatkan penyakit bagi kesehatan manusia diantaranya adalah: Paru-paru dan
sistem pernafasan,hati,ginjal dan saluran kencing,sistem syaraf,darah dan
sumsum tulang, kulit,dan sistem yang lain.
Disamping
itu dampak yang paling berbahaya adalah bagi kesehatan reproduksi . Pestisida
dapat meracuni embrio bayi dalam kandungan yang sama berbahaya seperti meracuni
ibunya, bahkan yang lebih buruk lagi kerusakan dapat terjadi sebelum masa
kehamilan. Perempuan yang terkena pestisida masa awal kehamilan dapat
mengakibatkan cacat pada bayi.
Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit yang
ditimbulkan oleh pestisida dapat dilakukan dengan cara: Pembelian pestisida,dalam
pembelian pestisida hendaknya selalu dalam kemasan yang asli.Penyimpanan, Setelah
menggunakan pestisida apabila berlebih hendaknya di simpan yang aman seperti
jauh dari jangkauan anak-anak, tidak bercampur dengan bahan makanan.Penatalaksanaan
penyemprotan,Pada pelaksanaan penyemprotan ini banyak menyebabkan keracunan dan
penyakit lainnya oleh sebab itu petani di wajibkan memakai alat pelindung diri
yang lengkap setiap melakukan penyemprotan, tidak melawan arah angin atau tidak
melakukan penyemprotan sewaktu angin kencang, hindari kebiasaan makan-minum
serta merokok di waktu sedang menyemprot, setiap selesai menyemprot dianjurkan
untuk mandi pakai sabun dan berganti pakaian serta pemakain alat semprot yang
baik akan menghindari terjadinya keracunan
3.2 Saran
Pestisida
merupakan bahan kimia yang sangat berperan dalam sektor partanian dan sektor
perkebunan untuk membantu membunuh hama, akan tetapi penggunaan pestisida yang
berlebihan akan mengakibatkan penyakit pada tubuh manusia , terutama pada
perempuan yang bekerja disektor pertanian. Perempuan yang bekerja disektor
pertanian akan rawan terkena gangguan pada sistem reproduksi hal ini dapat
membahayakan kondisi kesehatan bagi para wanita tersebut. Untuk itu sebaiknya
kepada para petani untuk lebih waspada dalam penggunaan pestisida, sebaiknya
para petani memperhatikan dosis penyemprotan pestisida yang akan dilakukan dan
memakai alat perlindungan diri yang lengkap, tidak melakukan penyemprotan pada
saat angin kencang dan tidak melawan arah angin pada saat penyempotan dan
mengganti pakaian serta mandi dengan sabun setelah melakukan penyemprotan. Dan
sebaiknya pemerintah menghimbau kepada para petani untuk mengurangi penggunaan
pestisida dan dianjurkan untuk menggunakan pupuk organik, agar dapat mengurangi dampak penyakit yang
ditimbulkan oleh pestisida itu sendiri.
Daftar Rujukan
iii
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me
Follower
Blog Archive
Time Of Uti
Cuteki greetings for facebook
Calendar Of Uti
Cuteki e-cards
Song Sing Song


free music at divine-music.info
Kamu Pembaca Ke...
24312
[
]
[Putri Dwi]
by anggasona |
[Close]
0 komentar:
Posting Komentar